Gaya Khas Indonesia Yang Harus Diperbaiki


Saya ingin memberikan sedikit pandangan tentang negara kita tercinta ini, apalagi kalau bukan Indonesia. Yap! Benar sekali, Indonesia dikenal sebagai negara seribu pulau, negara yang memiliki keanekaragaman budaya, serta negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat amat berlimpah. 
Tanpa menyinggung siapa pun dan pihak mana pun, keunikan yang saya maksud disini adalah tentang kebiasaan orang kita (Indonesia). Dan menurut saya keunikan ini nggak cuma saya yang merasakan. Tanpa disadari mungkin sobat kumpulan cerita juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rangkum melalui artikel ringan ini. Berikut keunikan yang ada di Indonesia. 

1. Kalo lagi jalan kaki ramean merasa yang paling jago Nggak tau kenapa saya melihat orang kita (indonesia) terutama remaja tanggung, itu kalau lagi jalan ramean merasa dirinya adalah bang jago. Dengan tas slempang serta sebatang rokok disela-sela jari sambil jalan petantang petenteng seperti ingin menunjukkan ke semua orang kalau yang punya wilayah lagi sidak (atau inspeksi mendadak :D). Tidak jarang kalau dilirik sedikit, mereka pun langsung menghampiri dan melontarkan kata ‘Nape lo liatin gue. 

2. Mudik Salah satu tradisi unik yang berlaku di Indonesia dan masih terus adalah dilestarikan yaitu mudik. Bagi sebagian ” masyarakat Besar Indonesia, khususnya yang beragama islam, menjelang lebaran momentum adalah untuk mudik. Saat mudik, berbondong-bondong perantau yang bekerja di Ibu kota pulang ke kampung halaman. Berikutnya, Ibu Kota terlihat lengang tidak seperti biasanya yang padat dan ramai. Ada beberapa alasan ” masyarakat Indonesia sulit meninggalkan tradisi mudik. Pertama, mudik merupakan jalan mencari berkah bersilaturahmi kepada orangtua, Kerabat, dan Tetangga. Kedua, sebagai pengingat asal-usul daerah adalah adalah bagi mereka yang merantau. 

3. Sampah bertebaran dimana mana Seperti sudah menjadi sejoli, dimana ada meriah di situ ada sampah. Mungkin di antara kalian ada yang ikut tahun baruan di monas? di sana banyak sekali sampah bertebaran dimana-mana karena pengunjung tidak peduli terhadap lingkungan (yang sudah keterlaluan rutin dan basi). Bertebarannya sampah di Monas selepas acara malam tahun baru yang dihelat di sana. Melihat raut muka petugas kebersihan yang sedang menyapu sampah-sampah ada rasa kasihan, capai, sekaligus jengkel di hati ini. Ya, kalau dipikir dengan logis buang sampah pada tempatnya memang bukan hal yang kelewat susah. Tempat sampah sudah disediakan, tinggal dicemplungkan, selesai perkara. Tapi selalu ada alasan untuk mengelak dari perkara super sepele ini. Kebanyakan orang Indonesia saya perhatikan memang suka sekali asal melempar sampah yang ada di tangan. Padahal di dekatnya sudah ada tempat sampah menanti. Yang menjadi tempat sampah ‘dadakan’ favorit malahan sungai, selokan, ataupun lapangan terbuka. Alhasil, jangan pernah heran kalau jarang ada sungai di Indonesia berada di dekat pemukiman penduduk kondisinya bersih kinclong, kecuali sedang musim penilaian Adipura. Dan ironisnya lagi, kebiasaan buang sampah sembarangan ini menyasar semua segmen, mulai dari balita sampai manula. 

4. Drama menerobos lampu merah Disadari atau tidak para pengguna kendaraan bermotor sering kali lalai dalam berkendara, dan mungkin akibatnya dapat mengancam keselamatan pengguna jalan maupun dirinya sendiri. Lalu lintas di jalanan kota penuh drama. Setiap hari para pengguna jalan disodori aneka peristiwa. Salah satu dari dinamika itu adalah aksi menerobos lampu merah. Lampu pengatur lalu lintas jalan atau yang kondang disebut lampu merah umumnya terletak di pertigaan atau di perempatan jalan. Fungsinya cukup jelas, mengatur lalu lintas jalan agar lebih tertib, aman, nyaman, dan selamat. Di beberapa kota, lampu merah ada yang memakai penghitung waktu, namun tak sedikit yang polos, tidak ada penghitung waktu. Sobat uniqbangetdotcom rasa sabar pengguna jalan diuji saat berada di lampu merah. Ada yang lolos ujian. Mereka yang termasuk kelompok ini adalah yang dengan sabar menunggu hingga lampu berganti warna menjadi hijau yang artinya dipersilakan jalan. Oh ya, warna merah artinya berhenti. Namun, tak sedikit yang tak sabaran. Menerobos lampu ketika masih berwarna merah. Pertanyaannya, kenapa harus menerobos lampu merah? Saya amat yakin bahwa sang penerobos lampu merah faham betul bahwa warna merah berarti berhenti. Tapi kenapa diterobos juga? Jika sudah merasakan betapa getirnya melanggar lampu merah, misal ditilang dengan denda maksimal atau bahkan cedera akibat tabrakan, bisa jadi tak ada niat melanggar. 

5. Hanya di Indonesia yang ngejalanin “aturan untuk dilanggar” Banyak orang mengatakan sebuah aturan dibuat untuk dilanggar. Namun anehnya seseorang sadar telah melakukan pelanggaran tapi tindakan yang sama bisa diulangi kembali tanpa rasa takut. Dalam kenyataan hidup, berbagai aturan telah dibuat untuk tingkatkan keamanan bersama. Rambu-rambu lalu lintas yang terpasang seakan tidak ada artinya. Dari berbagai pelanggaran aturan ini ada di antaranya yang bisa membahayakan keselamatan nyawa diri sendiri bahkan pengendara lain. Seperti halnya di jalanan, yang sudah ada tanda dilarang parkirpun masih saja keukeuh untuk parkir di tempat tersebut. Perkara kecil saja sudah di langgar, bagaimana perkara yang lebih besar??. Secara psikologis, kalimat “jangan”, “tidak boleh” atau “dilarang” mengandung rasa ingin tahu. Anak-anak maupun orang dewasa memiliki kecenderungan yang sama, jika dilarang lantas bertanya, “kenapa?”, maka reaksi selanjutnya adalah melakukan apa-apa yang “tidak boleh” dan “dilarang” itu untuk mengetahui sebab apa sesuatu itu dilarang. Contoh dilarang main api, maka ada yang nekat main api. Ketika terjadi kebakaran, barulah ia mengerti kenapa main api itu dilarang. Orang belum bisa percaya bahwa membuang sampah sembarangan itu bisa menyebabkan banjir, bahkan menebang pohon secara serampangan akan mengakibatkan banjir bandang. Nanti jika sudah benar-benar terjadi banjir, barulah ia mengerti akibat perbuatannya. Masalahnya, sudah terlambat.

Gaya Khas Indonesia Yang Harus Diperbaiki Gaya Khas Indonesia Yang Harus Diperbaiki Reviewed by Diyah Ayu P Putri on 10:41 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.